![]() |
Ma'had Al Jami'ah Walisongo UIN Walisongo Semarang |
Cari Blog Ini
Minggu, 21 Juni 2015
Jumat, 19 Juni 2015
JUDUL
JUDUL
Makalah : Peran Pondok Pesantren Dalam
Pendidikan Di Indonesia
Artikel
Jurnal : Pentingnya Pendidikan Pesantren
Bagi Generasi Muda Indonesia
Artikel
Koran : Asyiknya Jadi Anak Pondokan
Review
Buku : Pondok Pesantren Sebagai Pencetak
Kader Muda Berintegritas
Penelitian : Mengungkap Rahasia Di balik Kehidupan
Pondok Pesantren
Buku
Ilmiah : Arus Perkembangan Pendidikan
Pondok Pesantren
Urgensi Pendidikan Anti Korupsi
Urgensi
Pendidikan Anti Korupsi
Oleh: Kamilatunnisa Maarif
Pengaruh arus globalisasi kini
semakin merajalela saja, dimana semakin majunya bidang teknlogi, informasi,
pendidikan dan lain sebagainnya. Hal ini merupakan suatu kabar gembira
sekaligus kabar duka untuk kita semua. Pasalnya kemajuan di era globalisasi ini
akan sangat bermanfaat untuk kehidupan di masa depan jikalau dimanfaatkan
sesuai dengan kebutuhan. Tetapi tak sedikit pula oknum-oknum nakal yang
memanfaatkan kondisi ini sebagai ajang untuk memenuhi keinginan mereka sendiri
tanpa memperdulikan kemaslahatan masyarakat, khusunya di wilayah Indonesia.
Korupsi merupakan salah satu dampak
yang ditimbulkan dari semakin majunya arus globalisasi. Para koruptor atau
orang yang melakukan korupsi dengan seenaknya mengambil uang yang bukan menjadi
hak mereka. Tindak pidana korupsi biasanya didalangi oleh para pejabat-pejabat
pemerintahan yang dibantu oleh orang-orang tak bertanggung jawab yang tentu
saja terlibat dalam tindak pidana tersebut. Kurangnya pendidikan karakter serta
lemahnya tingkat keimanan seseorang merupakan salah satu faktor yang bisa
menyebabkan adanya tindakan tersebut. Di Indonesia sendiri telah ada badan yang
khusus menangani masalah korupsi yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Upaya pencegahan yang bisa dilakukan
oleh kita sebagai generasi penerus bangsa adalah dengan menanamkan pendidikan
anti korupsi agar tak terjerumus ke dalam tindak pidana korupsi. Pendidikan ini
juga sangatlah penting diajarkan kepada anak-anak, karena anak-anak adalah
calon-calon pemimpin di masa yang akan datang. Pendidikan anti korupsi untuk
anak bisa diajarkan dengan cara melatih mereka untuk berbuat jujur, disiplin
serta bertanggung jawab. Misalnya ketika diberi uang oleh seseorang, maka anak
tersebut harus jujur ketika ditanya ibunya, berapa jumlah uang yang telah
diterima. Seorang ibu juga harus mengajari anaknya tentang mensyukuri apa yang
telah dimiliki dan tidak boleh iri terhadap apa yang dimiliki oleh orang lain.
Contoh lain ketika seorang siswa
diberi mandat untuk menjadi bendahara di kelasnya, maka hal yang perlu
dilakukan oleh anak tersebut adalah dengan berbuat jujur dan bertanggung jawab.
Selain itu, hal-hal yang bisa dilakukan oleh para orangtua dalam upaya
menanamkan nilai-nilai kebaikan, agar calon generasi bangsa ini tidak
terjerembab ke dalam hal-hal yang tidak baik adalah dengan mengajak mereka
untuk melakukan hal-hal positif, misalnya saja di bulan Ramadhan orang tua
mengajak anaknya untuk tadarus Al Qur’an. Upaya-upaya yang telah dilakukan
tersebut diharapkan mampu menjadikan generasi muda sebagai calon pemimpin di
masa depan paham akan pentingnya pendidikan anti korupsi dan cerdas dalam
menentukan sikap yang akan ditempuh kedepan demi tercapainya kehidupan yang
diharapkan. Pendidikan anti korupsi tak khayalnya sebagai salah satu upaya
untuk meminimalisir bahkan diharapkan bisa menghentikan angka korupsi yang kini
semakin merebak di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kamis, 18 Juni 2015
PUBLIKASI
KARYA TULIS ILMIAH
Makalah
Disusun guna
memenuhi tugas
Mata Kuliah :
Karya Tulis Ilmiah
Dosen pengampu : M. Rikza Chamami, MSI
Kamilatunnisa 1403036006
Ruly
Ardiyanto 1403036007
Ahmad Miftakhus S 1403036008
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015
PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Publikasi dapat diartikan sebagai suatu
proses mengkomunikasikan tulisan kepada pembaca atau orang lain. Bentuk dari
publikasi bermacam-macam, tergantung pada penulis. Medianya dapat berupa buku, surat
kabar, jurnal, majalah ataupun yang lainnya.[1]
Sedangkan karya tulis ilmiah merupakan suatu karya yang dibuat oleh seseorang
berdasarkan penelitian yang bersifat ilmiah, yang dapat dibuktikan
keilmiahannya. Jadi publikasi karya tulis ilmiah merupakan suatu proses
menyalurkan atau menyiarkan suatu hasil karya kepada khalayak umum.
Tentunya publikasi karya tulis ilmiah
adalah salah satu hal yang penting untuk kita ketahui. Dalam makalah ini,
pemakalah mencoba untuk mengulas sedikit mengenai publikasi karya tulis ilmiah.
Yang di dalamnya akan membahas mengenai pemasaran karya tulis ilmiah, teknis
untuk menembus publikasi ilmiah, harga mahal suatu karya tulis ilmiah dan juga
contoh surat pengantar dan publikasi karya ilmiah.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana memasarkan karya tulis ilmiah?
2.
Bagaimana Teknis Menembus Publikasi Ilmiah
(Jurnal/Koran/Majalah)?
3.
Bagaimana Harga Mahal Karya Tulis Ilmiah?
4.
Bagaimana Contoh Surat Pengantar dan Contoh
Publikasi Karya Ilmiah?
II.
PEMBAHASAN
A. Memasarkan
Naskah Karya Tulis Ilmiah
Dalam menawarkan naskah ke penerbit juga merupakan
keasyikan tersendiri. Sebab kalau penulis telaten menawarkan naskah dari satu
penerbit ke penerbit lain, berarti penulis akan mendapat kawan banyak dan
minimal namanya telah dikenal beberapa penerbit. Ini sebenarnya suatu modal
untuk menawarkan naskah lain. Cuma yang terjadi bahwa penulis (terutama pemula)
mudah putus asa bila naskahnya ditolak. Penulis yang telah berpengalaman
berpendapat bahwa penolakan naskah itu merupakan hal yang biasa. Naskah yang
ditolak itu belum tentu jelek. Hanya naskah itu belum pas saja dengan visi dan
misi penerbit. Kalau saja telaten menawarkan satu penerbit ke penerbit lain,
nanti lama-kelamaan akan ketemu juga dengan penerbit yang bersedia menerbitkan
naskah itu.[2]
Pada prinsipnya, naskah untuk media massa mesti
memperhatikan visi media tersebut. Dengan memahami visi media tersebut, kita
bisa memahami arah redaktur yang menginginkan jenis naskah tertentu.
Masing-masing media memiliki visi yang berbeda karena setiap media massa
memiliki segmen pembaca yang berbeda.[3]
Antara penulis dan penerbit atau pihak redaksi media
massa, memiliki hubungan timbal balik dan saling membutuhkan. Penerbit buku
maupun redaksi media berkala (surat kabar, majalah, jurnal) mampu melaksanakan
kegiatan penerbitan karena adanya sumbangan naskah dari penulis atau sumber
berita. Demikian pula, ide dan pemikiran penulis bisa sampai pada masyarakat
luas berkat jasa baik penerbit dan redaksi.[4]
B. Teknis
Menembus Publikasi Ilmiah (Jurnal/Koran/Majalah)
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam
mempublikasikan tulisan. Yang terpenting, ide dengan wadah media harus relevan.
Sebagai penulis pemula, mestinya harus realistis, cobalah mulai mempublikasikan
pada media lokal. Disini bukan berarti kita pesimis untuk menembus media
national, bahkan international sekalipun.[5] Media
dikelompokkan menjadi dua, yaitu media cetak dan media elektronik. Contoh media
cetak, yaitu koran, majalah, dan
tabloid. Adapun contoh media elektronik, yaitu televisi, radio, dan internet. [6]
Hal-hal
yang perlu diketahui dalam teknik menembus publikasi ilmiah, antara lain :
1. Kelengkapan
Naskah
Pada dasarnya naskah
yang dikirim ke penerbit atau redaksi itu hendaknya:
a. Diketik
yang rapi dengan komputer, huruf Times New Roman 12 pada kertas kuarto dobel
spasi.
b. Dalam
penawaran/pengiriman print out,
hendaknya disertai disket atau CD. Untuk buku sebaiknya disertai CD agar mudah
dalam prosesnya.
c. Masukkan
amplop besar, beri alamat penerbit buku, redaksi yang jelas dan nama pengirim
yang lengkap (nama, gelar, alamat rumah, alamat kantor, nomor telepon/HP,nomor
faksimili dan lainnya untuk memudahkan komunikasi selanjutnya.
d. Lengkapi
dengan surat pengantar. Apabila ada hendaknya ditulis biodata lengkap dan
syukur telah punya buku yang telah diterbitkan. Daftar buku itu dapat
dicantumkan pada biodata. Lebih baik lagi apabila buku-buku itu dibawa ketika
menawarkan naskah bukuke penerbit-penerbit. Sebab mereka memerlukan bukti buku
yang telah diterbitkan. Cara ini akan lebih meyakinkan penerbit terhadap eksistensi
penulis.
e. Lengkapi
dengan fotocopy identitas diri (KTP/SIM/Kartu Mahasiswa, kartu pegawai, dll).
f. Apabila
naskah itu berupa resensi,maka sebaiknya disertai fotocopy sampul buku, judul
buku, dan daftar isi buku. Syukur halaman dan judul buku discan agar hasilna
lebih bagus.
g. Apabila
naskah buku itu berupa terjemahan, maka harus disertakan buku aslinya. Syukur
telah ada ijin terjemahan dari penulis asli atau pihak penerbit asli.[7]
2. Beberapa
Alasan Penolakan Karya Tulis Ilmiah
Beberapa alasan mengapa suatu naskah
belum bisa diterbitkan memang ada beberapa kemungkinan, antara lain:
a.
Mengandung hal-hal yang terlarang
Agar
tidak menimbulkan suatu permasalahan dalam masyarakat, maka setiap redaksi buku
dan penerbit pasti akan memilih naskah yang pantas dan cocok untuk
dipublikasikan, tujuannya agar tidak mengganggu ketentraman masyarakat. Naskah
yang tidak layak dipublikasikan adalah naskah yang mengandung unsur-unsur
pornografi, ajaran sesat, komunisme serta tulisan-tulisan yang bertentangan
dengan ideologi negara, agama dan lainnya.
b.
Sering muncul tema serupa
Setiap
masyarakat pastilah menginginkan berita yang terbaru, aneh, unik dan menarik.
Maka dari itu, penulis dituntut untuk mampu mengembangkan kreativitas, inovasi
dan mengikuti perkembangan keadaan.
c.
Kalimatnya berbelit-belit dan terlalu
panjang
Kalimat
yang panjang dan berbelit-belit akan menyulitkan pembaca untuk memahami isi
bacaan, sehingga menyebabkan pembaca untuk berpikir dua kali untuk memahaminya.
Naskah yang seperti ini biasanya tidak diambil oleh penerbit. Dianjurkan untuk
menggunakan kalimat-kalimat yang pendek namun kaya makna, sehingga memudahkan
pembaca untuk memahami pesan yang terkandung dalam naskah tersebut.
d.
Pemilihan kata kurang tepat
Dalam
dunia tulis-menulis dikenal adanya asas ketepatan, yakni berhubungan dengan ide
dan pemikiran yang diungkapkan. Pemilihan kata yang tepat akan lebih menarik
minat penerbit untuk memilih naskah tersebut kemudian mempublikasikannya.
Penulis harus berani untuk menawarkan naskahnya ke penerbit-penerbit, harus siap
dikritik dan tidak putus asa ketika mendapat cemoohan. Kesabaran juga
dibutuhkan, karena kita tidak tau naskah itu nantinya akan diterima atau
ditolak, perlu beberapa waktu untuk mengetahuinya.
e.
Isi naskah tidak utuh
Naskah
yang baik adalah naskah yang berisi ide dan pengetahuan yang utuh dan saling
berkaitan mengenai suatumasalah yang dibahas. Naskah ibarat tubuh manusia,
terdiri dari bagian-bagian. Demikian pula dengan tulisan, apabila bagian-bagian
tersebut tidak utuh, maka akan menyebabkan kebingungan bagi pembaca, malah akan
membuat pembaca menjadi salah tafsir terhadap naskah yang telah diuraikan.
Naskah seperti ini yang sering ditolak oleh penerbit.
f.
Tulisan tidak sistematis
Dalam
mengekspresikan ide kedalam tulisan, harus mengikuti sistem penulisan yang
berlaku sesuai jnis tulisannya, terpola, dan runtut. Sehingga tidak
membingungkan editor dan enak dibaca oleh pembaca.
g.
Tidak memperhatikan perangkat kebahasaan
Terdapat beberapa
kriteria mengapa suatu naskah seperti koran, majalah maupun buku tidak diterima.
Bukan berarti naskah tersebut jelek, melainkan naskah tersebut kurang sesuai
dengan keinginan redaksi. Maka dari itu, penulis harus mempertimbangkan
unsur-unsur keterbacaan, kebahasaan, ketelitin fakta dan kesopanan.[8]
C. Harga
Mahal Karya Tulis Ilmiah
Produk perguruan tinggi yang baik tidak hanya
menghasilkan lulusan yang bergelar diploma, sarjana, magister, atau doktor,
melainkan harus mempunyai nilai plus berupa karya ilmiah. Seberapa banyak
produk karya tulis ilmiah hasil penelitian dan penulisan buku yang dihasilkan
oleh para dosen dan lulusannya? Ini penting untuk mengukur kualitas lulusan dan
akreditasi program studi serta almamaternya. Lulusan setingkat akademi atau
politeknik berbeda dengan lulusan industri/ sekolah tinggi/ universitas. Karya
tulis yang dihasilkan oleh lulusan akademi dan politeknik yang bergelar diploma
berbeda dengan hasil karya tulis lulusan institut/ sekolah tinggi/ universitas
yang bergelar sarjana, magister, atau doktor.[9]
Peran penulis cukup strategis dalam pengembangan ilmu
pengetahuan,perubahan kultur mmasyarakat, dan sistem pemerintahan.
Tulisan-tulisan mereka mampu mempengaruhi pola ppikir, paham, dan perilaku
masyarakat dalam jangka waktu yang cukup lama. Maka dalam hal inibenar juga
pepatah yang mengatakan bahwa penulis itulebih tajam daripada pedang. Ada juga
yang menyatakan apabila saudara ingin merubah dunia maka tulislah buku.[10]
Sebagai penulis pemula atau seseorang yang baru akan
mencoba menekuni tulis-menulis biasanya menemui kendala yang besar. Jarang
sekali penulis pemula mampu menembus media massa atau mempublikasikan
tulisannya dengan mudah. Hal ini sebenarnya juga dialami oleh penulis besar
pada saat memulai aktivitas tulis-menulis. Mereka juga melewati masa-masa sulit
untuk menjadikan dirinya seterkenal saat ini. Yang terpenting bagi kita adalah
kesabaran dan keuletan untuk menulis, mencoba dan terus mencoba.
Untuk menyikapi semua ini, kita harus mampu
menyikapi potensi kreatif diri, mengungkapkan ide kreatif, dan mengembangkan
potensi dengan menyerap informasi pengalaman hidup yang kita temui.[11]
D. Contoh
Surat Pengantar
Berikut ini contoh surat pengiriman
naskah buku ke penerbit :
Perihal : Pengiriman Naskah Buku
Lampiran : Curriculum
Vitae dan Copy Naskah
Yang
terhormat,
Direktur
PT XXXXXXX
Cq.
Bidang Penerbitan
di-
Jakarta
Dengan
Hormat
Bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Drs. H.A. Rahmat Rosyadi, S.H.,
M.H.
Pekerjaan : Dosen Fakultas Hukum UIKA Bogor
Mata
Kuliah : Hukum Islam
Alamat : Komp. Nusa Endah Rt 05/02 Cimanggu
1
Tlp 0251-640507 HP.081280897843
Melalui
surat ini saya kirimkan naskah buku untuk diterbitkan dengan judul :
“FORMALISASI SYARI’AT ISLAM DALAM PERSPEKTIF TATA HUKUM INDONESIA”.
Naskah
ini merupakan studi tentang aplikasi syari’at islam pasca berlakunya
Undang-Undang No. 18 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Daerah Istimewa
Aceh Sebagai Provinsi Nangroe Aceh Darussalam.
Penerbitan
buku ini akan digunakan sebagai suplemen/pelengkap materi /bahan mata ajar
kuliah Hukum Islam pada program studi ilmu hokum dan program studi agama Islam
di Universitas, institute, sekolah tinggi di Indonesia. Buku itu juga akan
dijadikan model aplikasi syari’at Islamdi daerah lain di Indonesia. Penyerapan
pasarnya untuk perguruan tinggi maupun di kalangan pemerintah dan masyarakat
sangat prospektif.
Buku
ini bila diterbitkan akan menjadi buku acuan wajib pada mata kuliah umum hukum
Islam yang selama ini saya sendiri sebagai dosen dan pemegang mata kuliah
tersebut. Dengan terbitnya buku itu diharapkan mahasiswa mempunyai pegangan
buku mata kuliah standar. Apabila pihak penerbit menyetujui atas penerbitannya,
saya akan mengirimkan copy software naskah bukunya.
Demikian
saya sampaikan, atas kerja sama ang baik dan perhatiannya diucapkan terima
kasih.
Bogor, 20 September 2007 Pengirim,
TTD
Rahmat Rosyadi[12]
E. Contoh
Publikasi Karya Ilmiah
Berikut ini salah satu contoh publikasi karya tulis
ilmiah, yang terdapat dalam koran:
Pers
dan Kemuliaan Indonesia
Oleh
: Bandung Mawardi
MARCO Kartodikromo mengabarkan baha kerjakaum
jurnalis untuk mengobarkan nasionalisme dan menguatkan kemuliaan Indonesia
sering dihajar oleh penguasa. Wartawan mesti bersiap dihukum atau dipenjara.
Marko dalam puisi berjudul ”Awas Kaoem Djoernalist!” dan dimuat di Islam
Bergerak edisi 10 Juni 1919 berseru, djoernalist haroes bisa berdiri,/ sendiri
djoega jang keras hati./ dan tidak boleh main koedi/ Goena mentjari enak
sendiri // Koran ito tooneel oempamanja,/ Toean membatja jang menontonja,/
djoernalist djadi pemainja,/ Hoofdreddacteur djadi kepanlanja.
Wartawan dann Koran bergerak demi kepentingan
Indonesia. Sejak mula,wartawan bertugas menggerakkan berita untuk “kemadjoean”
dan berdemokrasi. Tahun demi tahun berlalu. Artikel pendek ”Indonesia Moelia”
karangan penulis berinisial DAS , disajikan di Koran Api edisi 9 November 1925
bisa menjadi acuan mengenang Indonesia masa lalu.
Teks itu”Indonesia jang dihiasi dengan pelaboehan,
kota-kota, goedang-goedang, kantor-kantor, gedong-gedong, vila-vila,
roemah-roemah, stasioen-stasioen nampaklah jang betoel-betoel Indonesia adalah
negeri jang kaja dan moelia”.
Kita mungkin kagum mengenang Indonesia negeri tanpa
derita dan penjajahan. Artikel itu munculdi surat kabar untuk “kaoem kromo”
alias “raijat jelata” di Indonesia. Pemberitaan tentang Indonesia mulai justru
ingin mengingatkan bahwa Indonesia
sedang menanggung kolonialisme dan ingin bergerak menuju “kemadjoean”. Penulis
artikel sadar tentang kemauan bumiputra harus memuliakan Indonesia bebas
daridominasi kolonial dan mengukuhkan adab kemoderenan.
Indonesia masih dijajah tapi berita dan artikel
perlu disajikan agarorang-orang tergerak untuk memiliki Indoneia. Surat
kabarpun berperan member suguhan ide dan imajinasi agar berbiak etos pemuliaan
Indonesia. Kerja wartawan dan penulis artikel menabur berita atau cerita
mengenai nasionalisme, demokrasi, humanism, danadab literasi.
Memori itu pantas kembai disajikan saat kita
bergerak dengan cuilan-cuilan peran pers dalam pemuliaan Indonesia,setelah
sanggup membebaskan diri dari kolonialisme. Kita bisa mengingat penjelasan
Adinegoro dalam Falsafah Ratu Dunia (1949) mengenai pengaruh pers dalam arus
kesejarahan dan perkembangan Indonesia. Adinegoro berkata bahwa “Ratu Dunia”
itu opini umum, dimunculkan dan digerakkan oleh pers. Keberadaan pers bermisi
untuk “demokrasi, kebudayaan, hak asasi manusia, dan kedaulatan”.
Pada 1950-an, Koran dan majalah terbit mengabarkan
tema-tema besar: revolusi, demokrasi, korupsi, dan nasionalisme. Kemunculan
puluhan partai dengan pengaruh para pejabat membuat pers sering ‘’ berjoeget”
untuk bersuara mengaju fakta atau menebar opini umum demi pamrih picisan.
Indonesia telah menjadi negeri bergelimang berita. Agenda pemderenan melenggang
dengan kontribusi pers .
Pers menjadi mata untuk melihat pekerjaan presiden,
menteri, tentara, polisi, pengusaha, seniman, guru, pettani, dan buruh. Sejak
1950-an, pemberitaan korupsi perlahan menguak ketidakberesan kerja birokasi dan
penegak hokum. Wartawan berkemungkinan memberitakan melalui siasat investigasi.
Penulis tajuk rencana dan jajaran redaksi mesti sanggup member
argumentasi-argumentasi jika berhadapan dengan tindakan refresif dari
pemerintah dan pihak-pihak berkepentingan. Peran pers untuk menanggulangi
korupsi tentu berkonsekuensi sanksi atau pemberedelan.
Pada masa 1970-an, kemulyaan Indonesia masih dinodai
korupsi dan demokrasi ilusif. Razim orde baru tak becus membuktikan janji-janji
mengurusi Indonesia secara beradab dan demokratis. Pers tak mau diam. Wartawan
tetap tekun memberitakan berbagai kasus korupsi. Koran dan majalah mesti
memperhitungkan resiko pemberitaan dan polemik atas editorial. Tema besar
Rosihon Anwar (1983) mengenang bahwa gerakan dan
demontrasi melawan korupsi oleh mahasiswa dan pelajar meningkat pada masa
1970-an. Pemberitaan diberbagai koran justru ditanggapi kemarhan oleh Soeharto
dan para pejabat. Kita simak tajuk rencana Indonesua Raya edisi 3 Januari 1970,
ditulis oleh Mohctar Lubis:”…tantangan korupsi jangmerajalela dan perbaikan
administrasi Negara adalah dua tantangan jang harus diatasi setjepat mungkin.”
Korupsi tema besar, memusimkan jutaan orang. Para
pejabat bertambah harta, menikmati kehidupan elit jutaan orang memamah lakon
buruk tentang pembrangkutan Indonesia oleh pejabat-pejabat mata duitan.
Kemulyaan Indonesia Cuma ungkapan Indah dari saat mata terpejam dan tubuh
berbaring di atas tikar.
Memori-memori itu bersambung dengan situasi
Indonesia mutahir. Kerja melwan korupsi oleh KPK mendapat serangan tak beradab.
Pers turut bersuara lantang melawan korupsi. Seruan kritis ditanggapi oleh
arogensi sekian pejabat Negara, polisi, anggota DPR, dan elit partai politik.
Sekrang, kita mengerti bahwa seruan Marco Kartodikromo sampai Mohctar Lubis
memang pantas dianut: pers bekerja melawan arogensi kekuasaan dan korupsi demi
kemulyaan inonesia.
_Bandung Mawardi, pengelola jagad abjad solo[13]
III.
KESIMPULAN
Sebagaimana
yang telah dicantumkan di atas, ada beberapa tahap-tahap dalam memasarkan karya
tulis ilmiah, baik melalui pengajuan proposal ataupun naskah ke penerbit sampai
langkah-langkah untuk mempromosikan buku.
a. Memasarkan
Naskah Karya Tulis Ilmiah
Sebagai penulis pemula,
kita harus menjalin hubungan baik dengan penerbit, apabila naskah yang telah
kita kirim ditolak maka kita tidak boleh menyerah begitu saja, karena pada prinsipnya
naskah untuk media massa mesti memperhatikan visi media tersebut.
b. Teknis
Menembus Publikasi Ilmiah (Jurnal/Koran/Majalah)
Banyak cara yang dapat
dilakukan dalam mempublikasikan tulisan. Kita juga harus memperhatikan hal-hal
seperti teknik menembus publikasi ilmiah, selain itu juga harus tau naskah
seperti apa yang biasanya ditolak oleh penerbit.
c. Harga
Mahal Karya Tulis Ilmiah
Peran penulis cukup
strategis dalam pengembangan ilmu pengetahuan, perubahan kultur mmasyarakat,
dan sistem pemerintahan.
DAFTAR PUSTAKA
Cahya
S, Inung, Menulis Berita di Media Massa,
Yogyakarta: Citra Aji Pratama, 2012.
HS
, Lasa, Menulis Itu Segampang Ngomong, Yogyakarta:Pinus,2009.
Manshur, Faiz, Genius Menulis, Penerang Batin Para Penulis, Bandung: Nuansa, 2012.
Mawardi, Bandung , Pers dan Kemuliaan Indonesia, Jawa
tengah: Suara Merdeka, Senin, 9 Februari 2015.
Rosyadi, A.Rahmat, MenjadiPenulis Profesional itu Mudah,
Bogor: Ghalia Indonesia, 2008.
Sukino, Menulis
itu Mudah, Yogyakarta: Pustaka Populer, 2010.
[1]
Sukino, Menulis itu Mudah,( Yogyakarta: Pustaka
Populer, 2010 ) , hlm. 29.
[2] Lasa HS, Menulis Itu Segampang Ngomong, (Yogyakarta: Pinus, 2009), hlm. 23.
[3]
Faiz Manshur, Genius Menulis, Penerang
Batin Para Penulis, (Bandung: Nuansa, 2012), hlm. 246.
[6]
Inung Cahya S, Menulis Berita di Media Massa,
(Yogyakarta: Citra Aji Pratama,2012),
hlm. 27.
[7] Lasa HS, Menulis Itu Segampang Ngomong, (Yogyakarta:Pinus,2009), hlm. 146-147.
[9]
A. Rahmat Rosyadi, MenjadiPenulis Profesional itu Mudah,
(Bogor:Ghalia Indonesia, 2008), hlm. 13.
[12]
A. Rahmat Rosyadi, Menjadi Penulis Profesional itu Mudah,
(Bogor:Ghalia Indonesia, 2008), hlm. 108-109
[13]
Bandung Mawardi, Pers
dan Kemuliaan Indonesia, (Jawa tengah: Suara Merdeka, senin, 9 Februari
2015 ), hlm. 6.
MENCETAK SANTRI BERKUALITAS DENGAN PENDIDIKAN MANAJEMEN
MENCETAK
SANTRI BERKUALITAS DENGAN PENDIDIKAN MANAJEMEN
Oleh
: Kamilatunnisa (1403036006)
Abstract
Pesantren is an
oldest education in Indonesia. It has been getting trust from society. Therefore
Pesantren must be able to create the student who be able to compete in nasional
and international lavel. Not only expert about religion but also expert in general
knowledge. A student in Pesantren is guided to manage theirselves well with
several managements which can motivate young generation in Indonesia for the
real success. Pesantren is not allowed to fail in creating student resources who have ability in
religion field and science and technology mastery. The student of Pesantren is
one of the agents of change to build the social transformation in Indonesia.
Keywords
: pesantren, management and education of religion
A. PENDAHULUAN
Pendidikan
merupakan suatu hal penting yang erat kaitannya dengan kebutuhan hidup seluruh
manusia. Tinggi rendahnya pendidikan seseorang tak khayalnya sebagai tolak ukur
keberhasilan seseorang dalam menuntut ilmu. Banyak orang berpandangan bahwa
dengan menempuh pendidikan yang tinggi, maka akan mampu menjamin kesuksesan
seseorang. Anggapan tersebut akan tersingkir jikalau kita berfikiran bahwa
belum tentu orang yang berpendidikan tinggi pastilah akan sukses. Kesuksesan
seseorang itu dipengaruhi oleh diri orang itu sendiri, bagaimana dia mampu
untuk mengatur serta mengelola dirinya agar mampu menjadi apa yang
dicita-citakannya. Sejatinya tak ada orang yang bisa sukses secara instan.
Selain
harus mampu memanage dirinya dengan
baik. Seseorang juga harus mempunyai jiwa akhlakul karimah serta paham dengan
pendidikan karakter. Mendidik anak agar kelak mempunyai akhlak yang terpuji
merupakan suatu hal yang tidaklah mudah. Peran serta keluarga dan masyarakat
adalah penentu pembentukan sikap dan perilaku anak itu. Salah satu usaha yang
bisa dilakukan oleh para orangtua, agar para anaknya bisa menjadi anak yang
cerdas serta berakhlakul karimah adalah dengan menitipkan anak di Pondok
Pesantren. Mengapa demikian, karena di pesantren selain disana diajar oleh para
guru yang ahli dalam bidang keagamaan, para santri yang belajar disitu juga akan diajarkan berbagai
macam ketrampilan. Sehingga diharapkan kelak ketika mereka lulus, mereka sudah
siap untuk terjun ke masyarakat. Berbagai kegiatan yang disuguhkan dalam sebuah
pondok pesantren akan mampu mengasah para santri agar mampu memanage waktu mereka dengan baik. Setelah
mereka rutin melakukan kegiatan-kegiatan tersebut, maka lama-kelamaan itu akan
menjadi kebiasaan yang akan mereka bawa ketika sudah tidak lagi menjadi santri
di pesantren tersebut.
Berdasarkan
latar belakang di atas, permasalahan yang akan dibahas dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Bagaimana
hubungan pendidikan pesantren dan manajemen?
2. Manajemen
apa sajakah yang bisa meningkatkan mutu para santri?
B. LANDASAN
TEORI
Pendidikan pada dasarnya merupakan media
dalam mendidik dan mengembangkan potensi-potensi setiap orang. Pendidikan dalam
Islam mempunyai kedudukan yang tinggi, terbukti dengan adanya ayat yang pertama
kali turun. Ayat tersebut memerintahksn kepada kita agar belajar mengenai
Allah, memahami fenomena alam serta mengenali diri. Sejalan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan, manajemen juga merupakan hal penting yang bisa membantu
tercapainya sebuah tujuan pendidikan. George Terry mendefinisikan manajemen
sebagai pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya dengan
bantuan orang lain (Fauzi:2012).
Salah satu lembaga pendidikan yang
terdapat di Indonesia adalah pesantren. Soegarda Poerbakawatja menjelaskan
pesantren asal katanya adalah santri, yaitu seorang yang belajar agama Islam,
sehingga dengan demikian, pesantren mempunyai arti tempat orang yang berkumpul untuk
belajar agama Islam (Daulany:2009). Karel A. Steenbrink dan Martin van
Bruinessen mengatakan bahwa pesantren bukanlah lembaga pendidikan islam tipikal
Indonesia. Dalam pengamatan mereka, pesantren diadopsi dari negara asing.
Steenbrink memandang bahwa pesantren diadopsi dari negara India,sedangkan
Bruinessen menganggap bahwa pesantren berasal dari Arab (Aly:2011).
C. PEMBAHASAN
1. Hubungan
Pendidikan Pesantren dan Manajemen
Menjadi orang yang sukses, memiliki kepribadian yang
baik, mampu menjadi pengayom bagi seluruh kalangan masyarakat serta cerdas
menghadapi tantangan globalisasi adalah harapan seluruh masyarakat khususnya
bagi generasi penerus bangsa. Semua hal ini tidak akan bisa terwujud begitu
saja tanpa adanya usaha dan niat yang tulus dari dalam diri seseorang. Banyak
orangtua yang menyekolahkan anak-anaknya di sekolah yang mereka anggap bisa
menjadikan anak-anak mereka menjadi apa yang diharapkan. Selain di sekolahkan
di tempat yang bagus, juga banyak orangtua yang menitipkan anak-anak mereka di
pesantren-pesantren. Diharapkan santri yang keluar dari pesantren telah
memahami beraneka ragam mata pelajaran agama dengan kemampuan merujuk kepada kitab-kitab
klasik,yang sebelumnya telah diajarkan. Berbicara tentang pesantren, kita pasti
akan langsung teringat bahwa pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan
islam yang sudah ada di Indonesia sejak zaman dahulu. Pesantren umumnya terdiri
dari 5 unsur penting, yaitu : kyai, santri, pondok, masjid dan pengajaran
kitab-kitab klasik.
Penting bagi setiap santri dalam suatu pondok
pesantren untuk tahu tentang manajemen, dimana para santri bisa mengatur dan
mengelola hal-hal yang bermanfaat untuk dirinya dan orang lain. Karena itu bisa
melatih para santri untuk melakukan hal-hal yang berguna dan tidak melakukan
hal-hal yang tidak ada gunanya. Setiap pesantren pastilah memiliki model
pembelajaran yang beragam serta memiliki jadwal kegiatan yang beragam pula, mulai
dari bangun tidur hingga menjelang tidur. Semua kegiatan itu dimaksudkan agar
para santri kelak mampu menjadi kader-kader muda yang memiliki sikap disiplin,
tanggung jawab serta tanggap dan cerdas menghadapi hidup yang kian hari kian
maju.
Memang tak bisa disangkal lagi bahwa manajemen
adalah suatu hal penting yang digunakan untuk mencapai tujuan agar memperoleh
hasil sesuai dengan yang diharapkan. George R. Terry menyebutkan ada 4
fungsi-fungsi manajemen ( planning,
organizing, actuating dan controlling
). Keempat fungsi ini apabila dikaitkan dengan pendidikan yang terdapat di
sebuah pondok pesantren akan saling terkait.
Planning bisa diartikan sebagai perencanaan, bagi seorang santri, dia harus
mempunyai rencana apa saja yang akan dia lakukan selama dia belajar di pesantren.
Pastinya dia mempunyai target ataupun tujuan yang ingin dicapai, misalnya dia
harus hafal Al Qur’an juz 30, maka dia harus merencanakan kegiatan yang bisa
mendukung untuk mencapai target tersebut, seperti menghafal surat-surat setiap
hari.
Kemudian organizing
(pengorganisasian) ,setelah direncanakan kegiatan apa saja yang akan
dikerjakan, kemudian dia melakukan pengorganisasian, misalnya dia meminta
teman-temannya untuk menyimak hafalannya setiap malam. Selanjutnya adalah actuating (penggerakan), setelah ada
rencana kegiatan dan menetapkan pihak-pihak yang bisa membantu melaksanakan
rencana tersebut, selanjutnya melakukan penggerakan agar rencana tersebut bisa
berjalan dengan baik. Yang terakhir adalah controlling
(pengawasan), setelah ketiga unsur manajemen tersebut dilaksanakan, selanjutnya
harus dilakukan pengawasan, apakah kegiatan tersebut sudah berjalan sesuai yang
diharapkan ataukah belum.
2. Manajemen
yang Bisa Meningkatkan Mutu Santri
Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang berada
di tengah-tengah masyarakat. Masyarakat menaruh harapan besar bagi pesantren,
masyarakat berharap anak-anak yang menempuh pendidikan di sebuah pondok
pesantren bisa menjadi generasi emas penerus bangsa yang berakhlak mulia dan
bisa menjadi kebanggaan. Dr.KH. Fadholan Musyaffa’ Lc,MA menuturkan bahwa
menjadi seorang santri haruslah menerapkan 3 manajemen, agar kelak bisa menjadi
santri yang sukses baik dalam bidang agama maupun sukses di kancah
internasional. Ketiga manajemen tersebut adalah sebagai berikut :
a. Manajemen
Waktu
Menjadi seorang santri yang sukses dunia
akhirat adalah suatu hal yang mudah, jika santri tersebut mampu menerapkan
manajemen waktu. Yang dimaksud dalam manajemen waktu disini adalah apabila
seseorang itu sudah bisa mengatur waktu dengan baik serta menempatkan segala
sesuatu pada tempatnya, maka insyaAllah kesuksesan sudah ada di depan mata.
b. Manajemen
Prioritas
Ketika seseorang bisa mengatur prioritas
kegiatan, prioritas belajar, prioritas memilih guru dan prioritas memilih buku
bacaan, maka orang tersebut telah mampu memprioritaskan kepentingannya dengan
baik, sehingga tidak melakukan hal yang tidak penting. Pengasuh Ma’had Al
Jami’ah Walisongo ini juga mengatakan bahwa prioritas tersebut diperuntukkan
untuk hal-hal yang sangat penting, yang tidak penting dan tidak sangat penting
tidak perlu diberi alokasi waktu.
c. Manajemen
Taqorrub Ilallah
Setelah melaksanakan manajemen waktu dan
manajemen prioritas, maka seorang santri atau seorang murid haruslah
melaksanakan manajemen taqorrub illallah. Setelah belajar dengan bersungguh-sungguh
dan mengatur waktu dengan baik, maka hal selanjutnya yang terpenting dan tidak
boleh dilupakan adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT. Karena segala kunci
kesuksesan ada di tangan Allah, dengan berusaha dan berdoa dengan
sungguh-sungguh, maka kita akan mencapai kesuksesan.
Apabila kita sebagai generasi muda bisa menerapkan
ketiga manajemen tersebut dengan konsisten, maka kelak kita akan bisa menggapai
cita-cita yang kita dambakan dan mampu menjadi orang yang berguna bagi agama,
nusa dan bangsa. Di pundak generasi mudalah tonggak kepemimpinan Negara
Indonesia ini akan dibawa. Selayaknya kita sudah harus mempersiapkan diri kita
sejak awal demi kemajuan Negara Indonesia. Mempunyai keahlian dalam bidang
agama dan bidang pengetahuan umum merupakan hal yang sepatutnya harus dimiliki
oleh setiap insan manusia.
D. KESIMPULAN
Berdasarkan
pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan itu adalah suatu hal
penting dan wajib ditempuh oleh setiap orang. Pendidikan yang dimaksud di sini
bukan hanya pendidikan yang mengarah pada kehidupan dunia saja, melainkan juga
untuk kehidupan di akhirat kelak. Menjadi seorang yang cerdas menghadapi arus
globalisasi yang kian hari kian meluas adalah harapan seluruh kalangan
masyarakat. Di pundak generasi mudalah negara ini akan dijunjung. Ada suatu
ungkapan yang mengatakan bahwa “pemuda sekarang adalah pemimpin masa depan”.
Agar kita sebagai generasi penerus bangsa mampu menjadi apa yang diutarakan
dalam ungkapan tersebut, maka kita harus bisa mengatur diri kita untuk
melakukan hal-hal yang baik serta bermanfaat untuk sesama manusia.
Selain itu, kita
juga harus mempunyai sikap dan perilaku yang baik. Hal itu bisa dipengaruhi
oleh faktor keluarga dan lingkungan. Oleh karena itu, sekarang banyak para
orang tua yang menitipkan anaknya di pondok pesantren. Di dalam pesantren
terdapat berbagai macam kegiatan yang bisa mendukung anak untuk mengatur dan
mengelola dirinya, sehingga ia mampu mengembangkan potensi yang ada dalam
dirinya. Menjadi seorang santri yang sukses dunia akhirat akan mampu diraih,
jikalau santri tersebut telah menerapkan 3 manajemen, yaitu manajemen waktu,
manajemen prioritas dan manajemen taqorrub illallah. Hal tersebut dikemukakan
oleh Pengasuh Ma’had Al Jami’ah Walisongo Semarang.
DAFTAR
PUSTAKA
Aly, Abdullah. 2011. Pendidikan Islam Multikultural di Pesantren.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Daulany, Haidar Putra. 2009. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan
Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta : Kencana.
Fauzi, Imron. 2012. Manajemen Pendidikan ala Rasulullah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Langganan:
Postingan (Atom)