Cari Blog Ini

Selasa, 17 Maret 2015

Senin, 16 Maret 2015

BIOGRAFIKU



KEMILAU KISAH KAMILA
(Catatan perjalan hidup seorang gadis asal Batang)
berpose di atas pohon


KAMILATUNNISA, adalah sebuah nama yang diberikan kepada seorang bayi perempuan yang lahir pada tanggal 17 Oktober 1996, sebuah nama yang memiliki arti “Perempuan yang Sempurna”, yang di dalamnya mengandung sebuah pengharapan yang besar bagi kedua orang tua yang telah memberikan nama tersebut, dan bayi perempuan itu adalah saya. Saya lahir di Ds. Kemiri Barat, Kec. Subah, Kab. Batang. Saya terlahir sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara, pasangan Syamsul Ma’arif Syahid dan Zuhrotun Nisa’ Yaqub. Kegiatan ayah saya setiap hari adalah menjadi salah satu pengajar di Pondok Pesantren Darussalam, yang letaknya ada di samping rumah, pesantren itu adalah pesantren yang didirikan oleh KH. Achmad Damanhuri Yaqub (Alm), beliau adalah kakak kandung Ibu saya dan juga kakak dari Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof.Dr.KH.Ali Mustofa Yaqub, MA. Sedangkan ibu saya adalah seorang ibu rumah tangga.
 Kakak pertama saya bernama Nurul Huda Maarif, dia telah menikah dengan seorang gadis asal Banten, yang bernama Dede Sa’adah Syatibi, dan telah dikaruniai tiga orang putri cantik, yaitu Nilna Dina Hanifah (8 tahun), Nabila Hauna Salwa (Alm) dan Rayya Geyl Moemtazzah (1 tahun), sekarang dia telah hidup bersama keluarganya di Banten, mengajar di beberapa perguruan tinggi yang ada di Banten dan mengabdikan dirinya untuk Pondok Pesantren Qothrotul Falah, pesantren tersebut merupakan pesantren milik mertuanya sendiri. Pada tahun 2014 kemarin, dia telah menyelesaikan studi S3 bidang Tafsir al-Qur’an di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dia adalah salah satu inspirasi saya, selain itu juga seorang kakak yang baik dan kakak yang senantiasa memberikan semangat  kepada adik-adiknya agar terus menuntut ilmu. Kakak kedua saya bernama Nurun Nikmah, dia telah menyelesaikaan studi S1 bidang Tafsir Hadits di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Saat ini dia telah menikah dengan seorang pemuda asal Jawa Timur, Sulaimanul Azab namanya, dan telah memiliki dua orang putra, Muhammad Sya’roni Hadziq (3 tahun) dan Ahmad Syauqy (Alm), sekarang dia tinggal bersama suaminya di Jawa Timur, tepatnya di Kab. Tulungagung.
Pengalaman studi saya berawal di SDN Kemiri 01 (2008), MTs Darussalam Subah (2011) dan MA Darussalam Subah (2014) yang ada di desa tempat saya tinggal, saya sekolah sambil belajar di Pondok Pesantren Darussalam. Saat ini, saya tengah melanjutkan pendidikan di Fak. Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jur. Kependidikan Islam UIN Walisongo Semarang, sambil belajar di Ma’had Al Jami’ah Walisongo, di bawah asuhan Dr.KH.Fadholan Musyaffa’ Lc, MA .
            Saya pernah mengikuti beberapa perlombaan, baik di tingkat kabupaten maupun provinsi. Pernah berpartisipasi dalam lomba menggambar tingkat Provinsi Jawa Tengah dalam acara FASI III di Semarang (2007). Pernah menjadi Juara II lomba Kaligrafi seKabupaten Batang, dalam rangka Hari Amal Bhakti ke-63, yang diadakan oleh Departemen Agama Kab. Batang (2009). Pemenang III lomba Kaligrafi dalam acara PORSEMA III MTs Ma’arif NU Kab. Batang (2009). Saya juga peraih juara 1, pada bidang yang sama di tingkat Kab. Batang, yang diselenggarakan oleh CSSMORA di Ds. Kemiri Barat Kec. Subah Kab. Batang (2010). Saya juga menjadi juara 1 lomba Kaligrafi dalam acara POSPEDA SANTRI (2011). Pada cabang yang sama pula, saya juga berhasil mendapat juara 1 dalam acara PORSEMA, pada saat saya masih duduk di bangku Madrasah Aliyah.
            Pengalaman Organisasi, saya pernah menjadi pengurus OSIS dan Pramuka di MTs Darussalam Subah (2007-2008), Bendahara IPPNU di MA Darusssalam Subah (2013), dan saat ini saya termasuk menjadi anggota IPPNU PAC Kec. Subah, FORKOMBI (Forum Komunikasi Mahasiswa Batang Indonesia), KMBS (Keluarga Mahasiswa Batang Semarang), UKM BITA (Bibingan Ilmu Tilawah Al Qur’an), UKM LSB (Lembaga Studi Bahasa) di UIN Walisongo Semarang dan El Ma’had G-Art di Ma’had Al Jami’ah Walisongo Semarang.
            Jika kita berbicara mengenai ‘’kenangan’’, pastilah memori otak kita akan teringat mengenai kisah-kisah menarik perjalanan hidup kita, dari masa kita masih kanak-kanak hingga sampai sekarang ini, mulai dari kisah sedih hingga kisah yang menyenangkan, semua kenangan itu tak akan bisa hilang dari benak kita. Karena menurut saya, di balik kejadian-kejadian yang pernah kita alami, pastilah ada sesuatu yang tidak biasa, sehingga kita tak akan bisa lupa dengan kejadian tersebut.
Pertama, saya ingin berbagi kisah tentang tempat dimana saya lahir. Desa Kemiri Barat adalah desa tempat asal saya, sebuah desa yang letaknya di sebelah utara jalan Pantura. Jika kita ingin menuju ke desa tersebut, pastilah akan melewati yang namanya Hutan Jati. Walaupun terkesan pelosok, tetapi saya senang dan bangga bisa menjadi warga di Ds.Kemiri Barat. Karena banyak warga asli Ds.Kemiri Barat yang menjadi orang hebat telah mengharumkan nama Kabupaten Batang, sebut saja Prof. Dr. KH. Ali Mustofa Ya’qub ,MA (Imam Besar Masjid Istiqlal dan anggota MUI pusat), Drs H.Ahfa Mahfudz,M,Si (Mantan Wakil Bupati Batang), dan K.H Ahmad Damanhuri Ya’qub yang sebelum beliau wafat, beliau pernah menjadi Ketua MUI Kabupaten Batang. Mereka adalah orang-orang hebat yang selayaknya bisa kita teladani dan kita contoh.
Kembali ke  ‘’kenangan”, saya jadi teringat, ketika saya masih duduk di bangku Sekolah, banyak sekali kenangan-kenangan yang tak bisa saya lupakan.  Dulu ketika saya masih kelas 1 SD, saya pernah menangis di kelas, hanya gara-gara pensil saya patah, padahal waktu itu Pak Guru menyuruh semua siswa untuk menulis apa yang ada di papan tulis. Akhirnya Pak Guru menyuruh salah satu teman saya untuk menuliskan tugas itu di buku saya, tapi apa yang saya lakukan, saya malah menundukkan kepala di meja, sampai-sampai saya tertidur pulas, dan ketika saya bangun, suasana kelas sudah sepi, karena bel istirahat sudah berbunyi. Itu salah satu cerita pada saat saat saya masih kecil dulu, jika dipikir-pikir memang sangat konyol, saya menangis hanya gara-gara pensil patah. J
            Kemudian saya juga teringat, ketika saya masih SD dulu, hampir setiap waktu mendekati ujian semester saya pasti sakit, dan seringnya saya menderita penyakit tivus. Terkadang saya menderitan sakit sampai berminggu-minggu, sehingga saya tidak bisa mengikuti ujian, dan mau tidak mau saya harus tetap ikut ujian, yaitu dengan mengerjakan soal ujian di kantor. Saya juga tidak tahu, mengapa saya sering seperti mengalami hal seperti itu. Mungkin dulu menurut saya, ujian adalah salah satu hal yang menakutkan, sehingga mengakibatkan saya jatuh sakit. Tetapi pada saat saya sudah mulai masuk ke Madrasah Tsanawiyah, kebiasaan sakit ketika mendekati waktu ujian sudah mulai hilang, sehingga  saya tidak perlu mengikuti ujian secara mandiri seperti  pada saat saya di SD dulu.
            Berbicara tentang MTs, saya punya kenangan yang tidak bisa saya lupakan sepanjang hidup saya. Dulu saya bersekolah di MTs Darussalam, yang letaknya ada di dekat rumah, kurang lebih jaraknya 50 meter dari rumah saya. Lembaga pendidikan tersebut didirikan oleh Paman saya, yang juga merupakan kakak dari ibu saya, beliau adalah Alm. KH.Achmad Damanhuri Yaqub. Pada saat saya bersekolah di situ, yang menjadi Kepala Sekolahnya adalah salah satu putra beliau, yang bernama KH.Ali Mas’ud S,Ag. Kang Ali adalah sapaan akrab saya kepadanya, dia adalah kakak sepupu saya ketika di luar kelas dan juga guru saya ketika di dalam kelas. Aneh memang, ketika ada salah seorang murid dalam suatu lembaga pendidikan memanggil seorang kepala sekolah dengan sebutan ”kang”, tetapi mau bagaimana lagi, saya sudah terbiasa memanggil seperti itu. Dulu pernah, ketika saya pergi ke ruang guru untuk mencari pak kepala sekolah, saya keceplosan bertanya ’’Bu, kang Ali ten pundi ? ’’. Sontak  pertanyaan itu membuat para guru tertawa mendengar apa yang saya katakan, akhirnya saya hanya bisa tersenyum melihat mereka tertawa.
            Saya juga mempunyai keponakan dari kakak sepupu saya, dia adalah cucu dari KH. Achmad Damanhuri Yaqub, Arini Sabila Anjani namanya. Arin adalah seorang keponakan sekaligus teman yang baik bagi saya, walaupun terkadang dia membuat saya menjadi sebal dan sedikit jengkel dengan tingkah lakunya. Pada saat MTs, dia juga bersekolah di tempat yang sama, yaitu MTs Darussalam, dan sekarang dia juga kuliah di tempat yang sama seperti saya, di UIN Walisongo Semarang, dengan jurusan yang sama pula, yaitu Kependidikan Islam, dan yang unik Arin juga tinggal di tempat yang sama, di Ma’had Al Jami’ah Walisongo. Saya tidak tahu mengapa setelah 3 tahun berpisah, pada waktu itu dia bersekolah di Yogyakarta dan saya sekolah di MA Darussalam, sekarang malah bertemu lagi, mungkin ini sudah jalan yang ditentukan oleh Allah.
            Pada saat di MTs dulu, saya dan Arin terkenal sebagai bu lik dan keponakan yang setiap hari bertengkar terus, setelah bertengkar kemudian baikan, setelah itu bertengkar lagi, terus berulang-ulang seperti itu, sampai teman-teman saya bosan melihat tingkah laku saya dan Arin. Tetapi sekarang, berhubung tahun demi tahun kami sudah semakin tumbuh dewasa, kebiasaan bertengkar yang dulu sering kami lakukan sudah sedikit berkurang.
            Ketika saya duduk di bangku Madrasah Aliyah, tepatnya di MA Darussalam, yang jaraknya juga tak begitu jauh dari rumah. Saya punya banyak kenangan yang tak bisa saya lupakan dengan teman-teman. Yang paling membekas di memori ingatan saya adalah dulu ketika saya kelas 3 MA. Pak guru yang mengajar Seni Budaya memberikan tugas akhir yaitu membuat film pendek. Kurang lebih hampir 2 sampai 3 bulan saya dan teman-teman menyelesaikann tugas tersebut. Syuting film tersebut dilakukan ketika saya dan teman-teman sedang ada waktu luang, pada waktu itu saya bertugas sebagai kameramen. Pembuatan film itu adalah suatu pengalaman yang paling berkesan bersama teman-teman, karena dalam proses pembuatan film tersebut dibutuhkan kekompakan serta keseriusan, walaupun kelompok saya syuting dalam cuaca yang terik maupun hujan sekalipun, tapi kami tetap bersemangat untuk menyelesaikan film tersebut.
            Moment yang paling menggembirakan adalah ketika film pendek garapan kelompok saya telah selesai, rasanya itu merupakan salah satu karya yang cukup luar biasa bagi saya dan kawan-kawan pada saat itu. Pemutaran film pertama kali dilakukan di ruang multimedia, dan penontonnya adalah seluruh siswa siswi kelas 9 MTs Darussalam, selain tujuan pembuatan film tersebut adalah sebagai tugas, juga sebagai salah satu alat untuk menarik minat para calon peserta didik baru di MA Darussalam.
            Setiap orang pastilah memiliki sebuah keinginan yang ingin dicapai, tak terkecuali saya. Saya berharap, jika kelak saya lulus kuliah nanti, saya ingin mengabdikan diri saya untuk Pondok Pesantren Darussalam, dan saya akan berusaha untuk membahagiakan kedua orang tua saya, yang tak pernah kenal lelah merawat dan membimbing saya sampai saat ini, semoga kedua orang tua saya selalu diberi kesehatan dan perlindungan dari Allah SWT. Amin.. Dan saya jadi teringat pesan nenek saya, yaitu Hj. Siti Habibah (Almh) kepada semua cucunya, yaitu ”Dadio wong sing bener lan pinter. Ojo dadi wong pinter nanging ora bener. Mending dadi wong bener senajan ora pinter. Tinimbang dadi wong pinter nanging ora bener”.
            Itulah sedikit mengenai biografi serta kenangan-kenangan yang tak bisa hilang begitu saja dari ingatan saya, dari mulai saya masih SD sampai saya MA. Saya tidak bermaksud sedikitpun untuk pamer atau apapun itu, tetapi saya hanya ingin berbagi cerita dengan pembaca sekalian, saya berharap semoga ada pelajaran yang bisa dipetik dari cerita di atas. Amin…


SEKIAN