Cari Blog Ini

Minggu, 21 Juni 2015

Jumat, 19 Juni 2015

JUDUL

JUDUL

Makalah          : Peran Pondok Pesantren Dalam Pendidikan Di Indonesia
Artikel Jurnal  : Pentingnya Pendidikan Pesantren Bagi Generasi Muda Indonesia
Artikel Koran  : Asyiknya Jadi Anak Pondokan
Review Buku  : Pondok Pesantren Sebagai Pencetak Kader Muda Berintegritas
Penelitian        : Mengungkap Rahasia Di balik Kehidupan Pondok Pesantren
Buku Ilmiah    : Arus Perkembangan Pendidikan Pondok Pesantren



Urgensi Pendidikan Anti Korupsi

Urgensi Pendidikan Anti Korupsi
Oleh: Kamilatunnisa Maarif
            Pengaruh arus globalisasi kini semakin merajalela saja, dimana semakin majunya bidang teknlogi, informasi, pendidikan dan lain sebagainnya. Hal ini merupakan suatu kabar gembira sekaligus kabar duka untuk kita semua. Pasalnya kemajuan di era globalisasi ini akan sangat bermanfaat untuk kehidupan di masa depan jikalau dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan. Tetapi tak sedikit pula oknum-oknum nakal yang memanfaatkan kondisi ini sebagai ajang untuk memenuhi keinginan mereka sendiri tanpa memperdulikan kemaslahatan masyarakat, khusunya di wilayah Indonesia.
            Korupsi merupakan salah satu dampak yang ditimbulkan dari semakin majunya arus globalisasi. Para koruptor atau orang yang melakukan korupsi dengan seenaknya mengambil uang yang bukan menjadi hak mereka. Tindak pidana korupsi biasanya didalangi oleh para pejabat-pejabat pemerintahan yang dibantu oleh orang-orang tak bertanggung jawab yang tentu saja terlibat dalam tindak pidana tersebut. Kurangnya pendidikan karakter serta lemahnya tingkat keimanan seseorang merupakan salah satu faktor yang bisa menyebabkan adanya tindakan tersebut. Di Indonesia sendiri telah ada badan yang khusus menangani masalah korupsi yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
            Upaya pencegahan yang bisa dilakukan oleh kita sebagai generasi penerus bangsa adalah dengan menanamkan pendidikan anti korupsi agar tak terjerumus ke dalam tindak pidana korupsi. Pendidikan ini juga sangatlah penting diajarkan kepada anak-anak, karena anak-anak adalah calon-calon pemimpin di masa yang akan datang. Pendidikan anti korupsi untuk anak bisa diajarkan dengan cara melatih mereka untuk berbuat jujur, disiplin serta bertanggung jawab. Misalnya ketika diberi uang oleh seseorang, maka anak tersebut harus jujur ketika ditanya ibunya, berapa jumlah uang yang telah diterima. Seorang ibu juga harus mengajari anaknya tentang mensyukuri apa yang telah dimiliki dan tidak boleh iri terhadap apa yang dimiliki oleh orang lain.
            Contoh lain ketika seorang siswa diberi mandat untuk menjadi bendahara di kelasnya, maka hal yang perlu dilakukan oleh anak tersebut adalah dengan berbuat jujur dan bertanggung jawab. Selain itu, hal-hal yang bisa dilakukan oleh para orangtua dalam upaya menanamkan nilai-nilai kebaikan, agar calon generasi bangsa ini tidak terjerembab ke dalam hal-hal yang tidak baik adalah dengan mengajak mereka untuk melakukan hal-hal positif, misalnya saja di bulan Ramadhan orang tua mengajak anaknya untuk tadarus Al Qur’an. Upaya-upaya yang telah dilakukan tersebut diharapkan mampu menjadikan generasi muda sebagai calon pemimpin di masa depan paham akan pentingnya pendidikan anti korupsi dan cerdas dalam menentukan sikap yang akan ditempuh kedepan demi tercapainya kehidupan yang diharapkan. Pendidikan anti korupsi tak khayalnya sebagai salah satu upaya untuk meminimalisir bahkan diharapkan bisa menghentikan angka korupsi yang kini semakin merebak di Negara Kesatuan Republik Indonesia.


Kamis, 18 Juni 2015

PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH

Makalah
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Karya Tulis Ilmiah
Dosen pengampu : M. Rikza Chamami, MSI



Kamilatunnisa             1403036006
                                                Ruly Ardiyanto           1403036007
Ahmad Miftakhus S   1403036008


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
 2015


PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH
       I.            PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang
Publikasi dapat diartikan sebagai suatu proses mengkomunikasikan tulisan kepada pembaca atau orang lain. Bentuk dari publikasi bermacam-macam, tergantung pada penulis. Medianya dapat berupa buku, surat kabar, jurnal, majalah ataupun yang lainnya.[1] Sedangkan karya tulis ilmiah merupakan suatu karya yang dibuat oleh seseorang berdasarkan penelitian yang bersifat ilmiah, yang dapat dibuktikan keilmiahannya. Jadi publikasi karya tulis ilmiah merupakan suatu proses menyalurkan atau menyiarkan suatu hasil karya kepada khalayak umum.
Tentunya publikasi karya tulis ilmiah adalah salah satu hal yang penting untuk kita ketahui. Dalam makalah ini, pemakalah mencoba untuk mengulas sedikit mengenai publikasi karya tulis ilmiah. Yang di dalamnya akan membahas mengenai pemasaran karya tulis ilmiah, teknis untuk menembus publikasi ilmiah, harga mahal suatu karya tulis ilmiah dan juga contoh surat pengantar dan publikasi karya ilmiah.

B.        Rumusan Masalah
1.         Bagaimana memasarkan karya tulis ilmiah?
2.         Bagaimana Teknis Menembus Publikasi Ilmiah (Jurnal/Koran/Majalah)?
3.         Bagaimana Harga Mahal Karya Tulis Ilmiah?
4.         Bagaimana Contoh Surat Pengantar dan Contoh Publikasi Karya Ilmiah?






    II.            PEMBAHASAN
A.    Memasarkan Naskah Karya Tulis Ilmiah
Dalam menawarkan naskah ke penerbit juga merupakan keasyikan tersendiri. Sebab kalau penulis telaten menawarkan naskah dari satu penerbit ke penerbit lain, berarti penulis akan mendapat kawan banyak dan minimal namanya telah dikenal beberapa penerbit. Ini sebenarnya suatu modal untuk menawarkan naskah lain. Cuma yang terjadi bahwa penulis (terutama pemula) mudah putus asa bila naskahnya ditolak. Penulis yang telah berpengalaman berpendapat bahwa penolakan naskah itu merupakan hal yang biasa. Naskah yang ditolak itu belum tentu jelek. Hanya naskah itu belum pas saja dengan visi dan misi penerbit. Kalau saja telaten menawarkan satu penerbit ke penerbit lain, nanti lama-kelamaan akan ketemu juga dengan penerbit yang bersedia menerbitkan naskah itu.[2]
Pada prinsipnya, naskah untuk media massa mesti memperhatikan visi media tersebut. Dengan memahami visi media tersebut, kita bisa memahami arah redaktur yang menginginkan jenis naskah tertentu. Masing-masing media memiliki visi yang berbeda karena setiap media massa memiliki segmen pembaca yang berbeda.[3]
Antara penulis dan penerbit atau pihak redaksi media massa, memiliki hubungan timbal balik dan saling membutuhkan. Penerbit buku maupun redaksi media berkala (surat kabar, majalah, jurnal) mampu melaksanakan kegiatan penerbitan karena adanya sumbangan naskah dari penulis atau sumber berita. Demikian pula, ide dan pemikiran penulis bisa sampai pada masyarakat luas berkat jasa baik penerbit dan redaksi.[4]
B.     Teknis Menembus Publikasi Ilmiah (Jurnal/Koran/Majalah)
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam mempublikasikan tulisan. Yang terpenting, ide dengan wadah media harus relevan. Sebagai penulis pemula, mestinya harus realistis, cobalah mulai mempublikasikan pada media lokal. Disini bukan berarti kita pesimis untuk menembus media national, bahkan international sekalipun.[5] Media dikelompokkan menjadi dua, yaitu media cetak dan media elektronik. Contoh media cetak, yaitu  koran, majalah, dan tabloid. Adapun contoh media elektronik, yaitu televisi, radio, dan internet. [6]
Hal-hal yang perlu diketahui dalam teknik menembus publikasi ilmiah, antara lain :
1.      Kelengkapan Naskah
Pada dasarnya naskah yang dikirim ke penerbit atau redaksi itu hendaknya:
a.       Diketik yang rapi dengan komputer, huruf Times New Roman 12 pada kertas kuarto dobel spasi.
b.      Dalam penawaran/pengiriman print out, hendaknya disertai disket atau CD. Untuk buku sebaiknya disertai CD agar mudah dalam prosesnya.
c.       Masukkan amplop besar, beri alamat penerbit buku, redaksi yang jelas dan nama pengirim yang lengkap (nama, gelar, alamat rumah, alamat kantor, nomor telepon/HP,nomor faksimili dan lainnya untuk memudahkan komunikasi selanjutnya.
d.      Lengkapi dengan surat pengantar. Apabila ada hendaknya ditulis biodata lengkap dan syukur telah punya buku yang telah diterbitkan. Daftar buku itu dapat dicantumkan pada biodata. Lebih baik lagi apabila buku-buku itu dibawa ketika menawarkan naskah bukuke penerbit-penerbit. Sebab mereka memerlukan bukti buku yang telah diterbitkan. Cara ini akan lebih meyakinkan penerbit terhadap eksistensi penulis.
e.       Lengkapi dengan fotocopy identitas diri (KTP/SIM/Kartu Mahasiswa, kartu pegawai, dll).
f.       Apabila naskah itu berupa resensi,maka sebaiknya disertai fotocopy sampul buku, judul buku, dan daftar isi buku. Syukur halaman dan judul buku discan agar hasilna lebih bagus.
g.      Apabila naskah buku itu berupa terjemahan, maka harus disertakan buku aslinya. Syukur telah ada ijin terjemahan dari penulis asli atau pihak penerbit asli.[7]
2.      Beberapa Alasan Penolakan Karya Tulis Ilmiah
Beberapa alasan mengapa suatu naskah belum bisa diterbitkan memang ada beberapa kemungkinan, antara lain:
a.          Mengandung hal-hal yang terlarang
Agar tidak menimbulkan suatu permasalahan dalam masyarakat, maka setiap redaksi buku dan penerbit pasti akan memilih naskah yang pantas dan cocok untuk dipublikasikan, tujuannya agar tidak mengganggu ketentraman masyarakat. Naskah yang tidak layak dipublikasikan adalah naskah yang mengandung unsur-unsur pornografi, ajaran sesat, komunisme serta tulisan-tulisan yang bertentangan dengan ideologi negara, agama dan lainnya.
b.         Sering muncul tema serupa
Setiap masyarakat pastilah menginginkan berita yang terbaru, aneh, unik dan menarik. Maka dari itu, penulis dituntut untuk mampu mengembangkan kreativitas, inovasi dan mengikuti perkembangan keadaan.
c.          Kalimatnya berbelit-belit dan terlalu panjang
Kalimat yang panjang dan berbelit-belit akan menyulitkan pembaca untuk memahami isi bacaan, sehingga menyebabkan pembaca untuk berpikir dua kali untuk memahaminya. Naskah yang seperti ini biasanya tidak diambil oleh penerbit. Dianjurkan untuk menggunakan kalimat-kalimat yang pendek namun kaya makna, sehingga memudahkan pembaca untuk memahami pesan yang terkandung dalam naskah tersebut.
d.         Pemilihan kata kurang tepat
Dalam dunia tulis-menulis dikenal adanya asas ketepatan, yakni berhubungan dengan ide dan pemikiran yang diungkapkan. Pemilihan kata yang tepat akan lebih menarik minat penerbit untuk memilih naskah tersebut kemudian mempublikasikannya. Penulis harus berani untuk menawarkan naskahnya ke penerbit-penerbit, harus siap dikritik dan tidak putus asa ketika mendapat cemoohan. Kesabaran juga dibutuhkan, karena kita tidak tau naskah itu nantinya akan diterima atau ditolak, perlu beberapa waktu untuk mengetahuinya.
e.          Isi naskah tidak utuh
Naskah yang baik adalah naskah yang berisi ide dan pengetahuan yang utuh dan saling berkaitan mengenai suatumasalah yang dibahas. Naskah ibarat tubuh manusia, terdiri dari bagian-bagian. Demikian pula dengan tulisan, apabila bagian-bagian tersebut tidak utuh, maka akan menyebabkan kebingungan bagi pembaca, malah akan membuat pembaca menjadi salah tafsir terhadap naskah yang telah diuraikan. Naskah seperti ini yang sering ditolak oleh penerbit.
f.          Tulisan tidak sistematis
Dalam mengekspresikan ide kedalam tulisan, harus mengikuti sistem penulisan yang berlaku sesuai jnis tulisannya, terpola, dan runtut. Sehingga tidak membingungkan editor dan enak dibaca oleh pembaca.
g.         Tidak memperhatikan perangkat kebahasaan
Terdapat beberapa kriteria mengapa suatu naskah seperti koran, majalah maupun buku tidak diterima. Bukan berarti naskah tersebut jelek, melainkan naskah tersebut kurang sesuai dengan keinginan redaksi. Maka dari itu, penulis harus mempertimbangkan unsur-unsur keterbacaan, kebahasaan, ketelitin fakta dan kesopanan.[8]

C.     Harga Mahal Karya Tulis Ilmiah
Produk perguruan tinggi yang baik tidak hanya menghasilkan lulusan yang bergelar diploma, sarjana, magister, atau doktor, melainkan harus mempunyai nilai plus berupa karya ilmiah. Seberapa banyak produk karya tulis ilmiah hasil penelitian dan penulisan buku yang dihasilkan oleh para dosen dan lulusannya? Ini penting untuk mengukur kualitas lulusan dan akreditasi program studi serta almamaternya. Lulusan setingkat akademi atau politeknik berbeda dengan lulusan industri/ sekolah tinggi/ universitas. Karya tulis yang dihasilkan oleh lulusan akademi dan politeknik yang bergelar diploma berbeda dengan hasil karya tulis lulusan institut/ sekolah tinggi/ universitas yang bergelar sarjana, magister, atau doktor.[9]
Peran penulis cukup strategis dalam pengembangan ilmu pengetahuan,perubahan kultur mmasyarakat, dan sistem pemerintahan. Tulisan-tulisan mereka mampu mempengaruhi pola ppikir, paham, dan perilaku masyarakat dalam jangka waktu yang cukup lama. Maka dalam hal inibenar juga pepatah yang mengatakan bahwa penulis itulebih tajam daripada pedang. Ada juga yang menyatakan apabila saudara ingin merubah dunia maka tulislah buku.[10] 
Sebagai penulis pemula atau seseorang yang baru akan mencoba menekuni tulis-menulis biasanya menemui kendala yang besar. Jarang sekali penulis pemula mampu menembus media massa atau mempublikasikan tulisannya dengan mudah. Hal ini sebenarnya juga dialami oleh penulis besar pada saat memulai aktivitas tulis-menulis. Mereka juga melewati masa-masa sulit untuk menjadikan dirinya seterkenal saat ini. Yang terpenting bagi kita adalah kesabaran dan keuletan untuk menulis, mencoba dan terus mencoba.
Untuk menyikapi semua ini, kita harus mampu menyikapi potensi kreatif diri, mengungkapkan ide kreatif, dan mengembangkan potensi dengan menyerap informasi pengalaman hidup yang kita temui.[11]
D.    Contoh Surat Pengantar
Berikut ini contoh surat pengiriman naskah buku ke penerbit :
              Perihal             : Pengiriman Naskah Buku
              Lampiran         : Curriculum Vitae dan Copy Naskah

Yang terhormat,
Direktur PT XXXXXXX
Cq. Bidang Penerbitan
di-
Jakarta

Dengan Hormat
Bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama               : Drs. H.A. Rahmat Rosyadi, S.H., M.H.
Pekerjaan         : Dosen Fakultas Hukum UIKA Bogor
Mata Kuliah    : Hukum Islam
Alamat            : Komp. Nusa Endah Rt 05/02 Cimanggu 1
                          Tlp 0251-640507 HP.081280897843
            Melalui surat ini saya kirimkan naskah buku untuk diterbitkan dengan judul : “FORMALISASI SYARI’AT ISLAM DALAM PERSPEKTIF TATA HUKUM INDONESIA”.
            Naskah ini merupakan studi tentang aplikasi syari’at islam pasca berlakunya Undang-Undang No. 18 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Daerah Istimewa Aceh Sebagai Provinsi Nangroe Aceh Darussalam.
            Penerbitan buku ini akan digunakan sebagai suplemen/pelengkap materi /bahan mata ajar kuliah Hukum Islam pada program studi ilmu hokum dan program studi agama Islam di Universitas, institute, sekolah tinggi di Indonesia. Buku itu juga akan dijadikan model aplikasi syari’at Islamdi daerah lain di Indonesia. Penyerapan pasarnya untuk perguruan tinggi maupun di kalangan pemerintah dan masyarakat sangat prospektif.
            Buku ini bila diterbitkan akan menjadi buku acuan wajib pada mata kuliah umum hukum Islam yang selama ini saya sendiri sebagai dosen dan pemegang mata kuliah tersebut. Dengan terbitnya buku itu diharapkan mahasiswa mempunyai pegangan buku mata kuliah standar. Apabila pihak penerbit menyetujui atas penerbitannya, saya akan mengirimkan copy software naskah bukunya.
            Demikian saya sampaikan, atas kerja sama ang baik dan perhatiannya diucapkan terima kasih.

                                                                                                    Bogor, 20 September 2007                                                                                                     Pengirim,
                                                                                                    TTD

                                                                                                    Rahmat Rosyadi[12]
                                                                                                                                               

E.     Contoh Publikasi Karya Ilmiah
Berikut ini salah satu contoh publikasi karya tulis ilmiah, yang terdapat dalam koran:
Pers dan Kemuliaan Indonesia
Oleh : Bandung Mawardi
MARCO Kartodikromo mengabarkan baha kerjakaum jurnalis untuk mengobarkan nasionalisme dan menguatkan kemuliaan Indonesia sering dihajar oleh penguasa. Wartawan mesti bersiap dihukum atau dipenjara. Marko dalam puisi berjudul ”Awas Kaoem Djoernalist!” dan dimuat di Islam Bergerak edisi 10 Juni 1919 berseru, djoernalist haroes bisa berdiri,/ sendiri djoega jang keras hati./ dan tidak boleh main koedi/ Goena mentjari enak sendiri // Koran ito tooneel oempamanja,/ Toean membatja jang menontonja,/ djoernalist djadi pemainja,/ Hoofdreddacteur djadi kepanlanja.
Wartawan dann Koran bergerak demi kepentingan Indonesia. Sejak mula,wartawan bertugas menggerakkan berita untuk “kemadjoean” dan berdemokrasi. Tahun demi tahun berlalu. Artikel pendek ”Indonesia Moelia” karangan penulis berinisial DAS , disajikan di Koran Api edisi 9 November 1925 bisa menjadi acuan mengenang Indonesia masa lalu.
Teks itu”Indonesia jang dihiasi dengan pelaboehan, kota-kota, goedang-goedang, kantor-kantor, gedong-gedong, vila-vila, roemah-roemah, stasioen-stasioen nampaklah jang betoel-betoel Indonesia adalah negeri jang kaja dan moelia”.
Kita mungkin kagum mengenang Indonesia negeri tanpa derita dan penjajahan. Artikel itu munculdi surat kabar untuk “kaoem kromo” alias “raijat jelata” di Indonesia. Pemberitaan tentang Indonesia mulai justru ingin mengingatkan  bahwa Indonesia sedang menanggung kolonialisme dan ingin bergerak menuju “kemadjoean”. Penulis artikel sadar tentang kemauan bumiputra harus memuliakan Indonesia bebas daridominasi kolonial dan mengukuhkan adab kemoderenan.
Indonesia masih dijajah tapi berita dan artikel perlu disajikan agarorang-orang tergerak untuk memiliki Indoneia. Surat kabarpun berperan member suguhan ide dan imajinasi agar berbiak etos pemuliaan Indonesia. Kerja wartawan dan penulis artikel menabur berita atau cerita mengenai nasionalisme, demokrasi, humanism, danadab literasi.
Memori itu pantas kembai disajikan saat kita bergerak dengan cuilan-cuilan peran pers dalam pemuliaan Indonesia,setelah sanggup membebaskan diri dari kolonialisme. Kita bisa mengingat penjelasan Adinegoro dalam Falsafah Ratu Dunia (1949) mengenai pengaruh pers dalam arus kesejarahan dan perkembangan Indonesia. Adinegoro berkata bahwa “Ratu Dunia” itu opini umum, dimunculkan dan digerakkan oleh pers. Keberadaan pers bermisi untuk “demokrasi, kebudayaan, hak asasi manusia, dan kedaulatan”.
Pada 1950-an, Koran dan majalah terbit mengabarkan tema-tema besar: revolusi, demokrasi, korupsi, dan nasionalisme. Kemunculan puluhan partai dengan pengaruh para pejabat membuat pers sering ‘’ berjoeget” untuk bersuara mengaju fakta atau menebar opini umum demi pamrih picisan. Indonesia telah menjadi negeri bergelimang berita. Agenda pemderenan melenggang dengan kontribusi pers .
Pers menjadi mata untuk melihat pekerjaan presiden, menteri, tentara, polisi, pengusaha, seniman, guru, pettani, dan buruh. Sejak 1950-an, pemberitaan korupsi perlahan menguak ketidakberesan kerja birokasi dan penegak hokum. Wartawan berkemungkinan memberitakan melalui siasat investigasi. Penulis tajuk rencana dan jajaran redaksi mesti sanggup member argumentasi-argumentasi jika berhadapan dengan tindakan refresif dari pemerintah dan pihak-pihak berkepentingan. Peran pers untuk menanggulangi korupsi tentu berkonsekuensi sanksi atau pemberedelan.
Pada masa 1970-an, kemulyaan Indonesia masih dinodai korupsi dan demokrasi ilusif. Razim orde baru tak becus membuktikan janji-janji mengurusi Indonesia secara beradab dan demokratis. Pers tak mau diam. Wartawan tetap tekun memberitakan berbagai kasus korupsi. Koran dan majalah mesti memperhitungkan resiko pemberitaan dan polemik atas editorial. Tema besar
Rosihon Anwar (1983) mengenang bahwa gerakan dan demontrasi melawan korupsi oleh mahasiswa dan pelajar meningkat pada masa 1970-an. Pemberitaan diberbagai koran justru ditanggapi kemarhan oleh Soeharto dan para pejabat. Kita simak tajuk rencana Indonesua Raya edisi 3 Januari 1970, ditulis oleh Mohctar Lubis:”…tantangan korupsi jangmerajalela dan perbaikan administrasi Negara adalah dua tantangan jang harus diatasi setjepat mungkin.”
Korupsi tema besar, memusimkan jutaan orang. Para pejabat bertambah harta, menikmati kehidupan elit jutaan orang memamah lakon buruk tentang pembrangkutan Indonesia oleh pejabat-pejabat mata duitan. Kemulyaan Indonesia Cuma ungkapan Indah dari saat mata terpejam dan tubuh berbaring di atas tikar.
Memori-memori itu bersambung dengan situasi Indonesia mutahir. Kerja melwan korupsi oleh KPK mendapat serangan tak beradab. Pers turut bersuara lantang melawan korupsi. Seruan kritis ditanggapi oleh arogensi sekian pejabat Negara, polisi, anggota DPR, dan elit partai politik. Sekrang, kita mengerti bahwa seruan Marco Kartodikromo sampai Mohctar Lubis memang pantas dianut: pers bekerja melawan arogensi kekuasaan dan korupsi demi kemulyaan inonesia.
       _Bandung Mawardi, pengelola jagad abjad solo[13]
 III.            KESIMPULAN
Sebagaimana yang telah dicantumkan di atas, ada beberapa tahap-tahap dalam memasarkan karya tulis ilmiah, baik melalui pengajuan proposal ataupun naskah ke penerbit sampai langkah-langkah untuk mempromosikan buku.
a.       Memasarkan Naskah Karya Tulis Ilmiah
Sebagai penulis pemula, kita harus menjalin hubungan baik dengan penerbit, apabila naskah yang telah kita kirim ditolak maka kita tidak boleh menyerah begitu saja, karena pada prinsipnya naskah untuk media massa mesti memperhatikan visi media tersebut.
b.      Teknis Menembus Publikasi Ilmiah (Jurnal/Koran/Majalah)
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam mempublikasikan tulisan. Kita juga harus memperhatikan hal-hal seperti teknik menembus publikasi ilmiah, selain itu juga harus tau naskah seperti apa yang biasanya ditolak oleh penerbit.
c.       Harga Mahal Karya Tulis Ilmiah
Peran penulis cukup strategis dalam pengembangan ilmu pengetahuan, perubahan kultur mmasyarakat, dan sistem pemerintahan.















DAFTAR PUSTAKA

Cahya S, Inung, Menulis Berita di Media Massa, Yogyakarta: Citra Aji Pratama, 2012.
HS , Lasa,  Menulis Itu Segampang Ngomong, Yogyakarta:Pinus,2009.
Manshur, Faiz, Genius Menulis, Penerang Batin Para Penulis, Bandung: Nuansa, 2012.
Mawardi, Bandung , Pers dan Kemuliaan Indonesia, Jawa tengah: Suara Merdeka, Senin, 9 Februari 2015.
Rosyadi, A.Rahmat, MenjadiPenulis Profesional itu Mudah, Bogor: Ghalia Indonesia,     2008.
Sukino,  Menulis itu Mudah, Yogyakarta: Pustaka Populer, 2010.






[1] Sukino, Menulis itu Mudah,( Yogyakarta: Pustaka Populer, 2010 ) , hlm. 29.
[2] Lasa HS, Menulis Itu Segampang Ngomong, (Yogyakarta: Pinus, 2009), hlm. 23.
[3] Faiz Manshur, Genius Menulis, Penerang Batin Para Penulis, (Bandung: Nuansa, 2012), hlm. 246.
                [4] Lasa HS, Menulis Itu Segampang Ngomong, (Yogyakarta: Pinus, 2009),  hlm. 208.
[5] Sukino, Menulis itu Mudah, (Yogyakarta: Pustaka Populer, 2010), hlm. 29.
[6] Inung Cahya S, Menulis Berita di Media Massa, (Yogyakarta: Citra Aji Pratama,2012),  hlm. 27.
[7] Lasa HS, Menulis Itu Segampang Ngomong, (Yogyakarta:Pinus,2009),  hlm. 146-147.
[8] Lasa HS, Menulis Itu Segampang Ngomong, (Yogyakarta:Pinus,2009),  hlm. 209-212.
[9] A. Rahmat Rosyadi, MenjadiPenulis Profesional itu Mudah, (Bogor:Ghalia Indonesia, 2008), hlm. 13.
[10] Lasa HS, Menulis Itu Segampang Ngomong, (Yogyakarta:Pinus,2009),  hlm. 166.
[11] Sukino, Menulis itu Mudah, (Yogyakarta: Pustaka Populer, 2010), hlm. 10-11.
[12] A. Rahmat Rosyadi, Menjadi Penulis Profesional itu Mudah, (Bogor:Ghalia Indonesia, 2008), hlm. 108-109
[13] Bandung  Mawardi, Pers dan Kemuliaan Indonesia, (Jawa tengah: Suara Merdeka, senin, 9 Februari 2015 ), hlm. 6.