MENELISIK
NADI GLOBALISASI DI DUNIA PESANTREN
Oleh Kamilatunnisa Maarif
Salah
satu intitusi pendidikan tertua yang sudah ada sejak zaman dahulu di Indonesia
adalah pondok pesantren. Di dalam sebuah pondok pesantren biasanya diajarkan
mengenai ilmu-ilmu agama, dan yang mengajar di lembaga tersebut biasanya adalah
seorang kyai yang memang sudah ahli dalam masalah keagamaan. Umumnya sebuah
pondok pesantren lebih condong memfokuskan para santrinya agar mampu memahami
serta menguasai ilmu agama, yaitu dengan cara mengkaji kitab klasik atau sering
disebut kitab kuning, dan akhirnya mengesampingkan ilmu umum. Padahal, jika
kita kaitkan dengan era modern saat ini, yang terpenting bukan hanya ilmu agama
saja, melainkan kemampuan tentang ilmu umum juga perlu dimiliki oleh setiap
orang.
Pesantren
merupakan lembaga pendidikan yang berusaha untuk mencetak kader-kader muda yang
memiliki akhalakul karimah, berintelektual tinggi, berintegritas serta mampu menghadapi
tantangan di era globalisasi ini. Globalisasi merupakan proses mendunia segala
aspek kehidupan, entah itu berkaitan dengan masalah pendidikan, sosial, budaya,
politik maupun yang lainnya. Bicara tentang pesantren dan globalisasi, apalagi
di zaman yang serba canggih seperti sekarang ini, diantara keduanya pastilah
memiliki keterkaitan yang tak bisa dihilangkan. Karena kembali ke tujuan
pesantren tadi, yaitu berusaha melahirkan remaja-remaja yang memiliki budi
pekerti yang baik serta memiliki skill yang bisa dibanggakan.
Untuk
mewujudkan harapan tersebut, saat ini banyak berdiri pondok pesantren modern
atau pondok kholaf, yang di dalamnya bukan hanya mengedepankan ilmu-ilmu
keagamaan saja, melainkan setiap pondok pesantren juga berlomba-lomba untuk
membekali para santrinya dengan IPTEK. Diantara pondok pesantren modern yang ada
di Indonesia adalah seperti Pondok Modern Gontor, Pondok Modern Selamat Kendal
dan masih banyak lagi. Contoh kegiatan yang ada di pondok pesantren seperti mewajibkan
setiap santrinya untuk berbicara menggunakan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris,
pelatihan jurnalistik dan lain sebagainya. Diharapkan setelah lulus dari
pesantren tersebut, nantinya mereka telah memiliki kombinasi antara pondasi
ilmu agama Islam yang kuat serta mempunyai kemampuan dan ketrampilan yang
mumpuni, sehingga mereka tidak kebingungan ketika terjun ke masyarakat.
Tetapi
tak sedikit pula pondok pesantren yang tetap kokoh memegang teguh tradisinya
dan kurang begitu tanggap dengan arus globalisasi. Sebagian orang beranggapan
bahwa pesantren tradisional (salafi) akan mampu menjadi filter dalam menghadapi
dampak negatif yang akan muncul seiring berkembangnya laju globalisasi,
terutama di lingkup masyarakat. Sebenarnya hubungan pesantren dan kedudukannya
di mata masyarakat sangatlah berkaitan. Karena masyarakat pastilah menaruh harapan
besar terhadap pondok pesantren, mereka berharap kelak anak-anak yang menuntut
ilmunya di sebuah pondok pesantren bisa menjadi kebanggaan bagi semua orang,
terlebih bisa berguna bagi bangsa dan negara.
Dengan
pesatnya perkembangan teknologi dan informasi akibat dari laju globalisasi,
sepatutnya ini dapat dijadikan sebagai peluang bagi setiap lembaga pendidikan
di Indonesia, khusunya pondok pesantren, agar dapat memanfaatkan kondisi ini sebaik
mungkin, dengan tujuan sebagai sarana untuk meningkatkan mutu dan kualitas
seorang santri, menjadi santri yang seperti dijelaskan di atas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar